MCC UIN Jakarta Hadiri Perilisan 34 Buku Seputar Konstitusi yang Diselenggarakan Oleh MK dan Perpusnas
BERITA FSH, Auditorium Perpustakaan Nasional – Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta turut mendukung acara perilisan 34 buku dan talk show literasi konstitusi dengan mengirimkan delegasi Moot Court Community (MCC) untuk menghadiri acara tersebut yang diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia di Auditorium Perpustakaan Nasional (Rabu 22/11/2023).
Dalam acara ini dihadiri oleh Yang Mulia Ketua Mahkamah Konstitusi Dr. Suhartoyo, S.H., M.H., Yang Mulia Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Dr. Saldi Isra, S.H., Yang Mulia Ketua Mahkamah Konstitusi periode pertama selaku pendiri Mahkamah Konstitusi yakni Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., M.H., Heru Setiawan selaku Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi, dan Drs. Syarif Bando, M.M selaku Kepala Perpustakaan Nasional.
Sejak berdiri pada tahun 2003, Mahkamah Konstitusi telah membangun dan memiliki tradisi akademik yang tidak hanya dilakukan oleh para hakim konstitusi namun juga dilakukan oleh pegawai di lingkungan kepaniteraan dan sekretaris jenderal mahkamah konstitusi.
Salah satu bentuk tradisi akademik tersebut adalah menuangkan gagasan dan pemikiran ke dalam karya tulis ilmiah berbentuk buku. Buku sebagai upaya peningkatan budaya literasi yaitu budaya berpikir, membaca, dan menulis di tengah dominannya budaya tutur yang adil.
Yang Mulia Ketua Mahkamah Konstitusi Dr. Suhartoyo, S.H., M.H., menuturkan dalam sambutannya bahwa menulis adalah karya keabadian. Oleh karenanya, penulis adalah orang yang hebat dan termasuk golongan orang berpikir yang menuliskan hasil pemikirannya ke dalam karya yang abadi. Dahsyatnya buku dibandingkan dengan senjata, senjata memang sangat ampuh dibawa ke medan perang tetapi tentara sekalipun tidak akan pernah menggunakan itu kecuali menghadapi musuh bangsa. Karena satu peluru memang hanya menembus satu kepala tapi sejatinya telah menghancurkan jutaan nilai kemanusiaan. Sedangkan satu buku yang didigitalkan akan menembus jutaan kepala sekaligus menumbuhkan miliaran nilai kemanusiaan baru.
Siapa yang membaca, dia sebenarnya telah membangun puing-puing peradaban. Siapa yang menulis, dia telah mendaftarkan keabadian namanya dalam suatu zaman tiada akhir. Siapa yang mengajarkan kebaikan, perdamaian, dialah orang yang menciptakan peradaban dunia.[EEA]