Lima Hari, Empat Kampus, Tiga Pusat Studi, dan Dua Perpustakaan
Lima Hari, Empat Kampus, Tiga Pusat Studi, dan Dua Perpustakaan

BERITA FSH, Jerman – Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Prof. Dr. Muhammad Maksum, SH., MA., MDC. menjadi salah satu peserta Workshop Pengembangan Kebijakan dan Program Kampus Hijau Pimpinan Perguruan Tinggi, yang dilaksanakan pada tanggal 16 - 22 November 2024 di Jerman. Kegiatan efektif selama lima hari Senin – Jumat, 18 – 22 November 2024. Jumlah peserta keseluruhan 13 orang yang berasal dari UIN Jakarta sebanyak 7 orang, UIN Imam Bonjol 5 orang, dan IAIN Kudus 1 orang (Jumat, 22/11/2024).

Selama kegiatan tersebut, empat perguruan tinggi, tiga pusat studi, dua perpustakaan, dan dua hutan kota dikunjungi. Empat universitas tersebut meliputi Humbold University, Eberswalde University, Freie University, dan Potsdam University. Tiga pusat studi meliputi Pusat Studi Asia dan Afrika, Pusat Studi Pendidikan Islam dan Teologi Praktik, dan Pusat Studi Masyarakat Muslim dan Budaya. Adapun perpustakaan yang dikunjungi adalah Perpustakaan Nasional Berlin yang menyimpan koleksi manuskrip termasuk manuskrip Nusantara dan Perpustakaan Humbold. Taman Kota yang dikunjungi adalah Taman Kota Potsdam dan Taman Tropis di Potsdam University. Selain itu, peserta juga mendapatkan kesempatan untuk belajar langsung tentang pengelolaan langsung kantin mahasiswa di Humbold University dan Eberswalde University.

Selain menerima paparan dari pakar dan pimpinan perguruan tinggi tentang kebijakan dan penerapan kampus hijau, peserta juga mendapatkan pengalaman langsung tentang pengelolaannya. Proses bisnis, seperti pengelolaan kantin, adalah salah satu contoh yang menginspirasi untuk pengembangan kantin di UIN Jakarta. Selain itu, misi penting yang disisipkan adalah agenda kerja sama tri dharma perguruan tiinggi. Beberapa hal berikut sebagai hasil dari workshop dan perlu dikembangkan.

Pertama, kesepakatan kerja sama dengan empat perguruan tinggi dan tiga pusat kajian. Kesepakatan kerja sama antar perguruan tinggi akan ditindaklanjuti Pusat Layanan Kerja Sama Internasional. Adapun tindak lanjut pertemuan khusus dapat dilakukan oleh fakultas. Dekan FSH, Muhammad Maksum, secara khusus menjalin perbincangan langsung dengan Prof. Tuba Isik dan Prof. Serdar Kurnaz. Tuba guru besar pendidikan Islam dan Prof. Serdar guru besar bidang hukum Islam. Mereka bersepakat untuk mengembangkan kerja sama dalam bentuk seminar, riset, dan akademik lainnya. Selain itu, Maksum juga telah berkomunikasi dengan Prof. Isabel Thora, Direktur Berlin Graduate School Muslim Culture and Societies. Dia bersedia untuk kerja sama akademik. Associate Profesor Amanda dan Esie Hanstein dari Pusat Kajian Asia dan Afrika membuka diri untuk kerja sama. Amanda fasih berbahasa Indonesia dan Indosianis. Adapun Esie adalah berkewarganegaraan Indonesia yang 20 tahun lebih berkarir di Jerman. FSH akan menindaklanjuti pertemuan tersebut untuk kegiatan International Seminar Series, International Conference on Law and Justice, dan penelitian bersama.

Kedua, pengelolaan kantin yang higenis, murah, dan terintegrasi. Dari pemaparan pimpinan kantin Humbold University, diketahui pembiayaan kantin selain dari pendapatan penjualan makanan juga subsidi dari pemerintah. Harga makanan di kantin lebih murah sehingga diminati oleh mahasiswa dan dosen. Meski murah, kualitas makanan terjamin karena ada control baik dari sisi kesehatan atau rasa. UIN Jakarta bisa meniru model kantin tersebut sehingga mahasiswa dan dosen akan lebih memilih kantin UIN karena murah, berkualitas, dan dekat.

Ketiga, pengelolaan kampus hijau. Beberapa aspek dari penerapan kampus hijau di empat kampus dapat ditiru. Penggunaan elektronik yang ramah lingkungan dan hemat energi. Rata-rata lampu menggunakan sensor. Penggunaan plastik sudah hampir tidak ditemukan kecuali pada minuman botol yang dijual. Sampah-sampah sudah dipilahkan antara organic dan nonorganic. Yang terpenting adalah kesadaran untuk hidup bersih dan membuang sampah pada tempatnya. Satu pengalaman menarik, delegasi Indonesia merokok bersama dengan dosen di universitas. Mereka semua harus membuang puntung rokok ke tempat sampah di mana mereka harus berjalan beberapa langkah menuju tempat sampah tersebut. Di Indonesia, puntung rokok bisa langsung dibuang di hadapannya.

Keempat, Penerapan program pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Tujuh belas tujuan Pembangunan berkelanjutan (SDGs) disepakati oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kampus-kampus Jerman sudah menjadikan SDGs dalam kebijakan dan pengelolaan perguruan tinggi. Bahkan Pusat Studi Pendidikan Islam dan Teologi Praktik yang diketuai Prof. Tuba Isik mengajarkan praktik wudhu dengan pendekatan SDGs terutama terkait dengan penggunaan air. Eberswalde University dan Potsdam University bisa menjadi contoh pemanfaatan hutan dan pelestariannya menjadi bagian dari kampus. Potsdam University juga mengembangkan hutan tropis mini.[MM]