Indonesia sebagai Rumah Bersama: Menemukan identitas di Tengah Ragam Suara
Redina Rahmadianti
Mahasiswi Program Studi Hukum Keluarga
Ditengah jutaan hingga ribuan suara yang saling bersahutan, Indonesia akan tetap menjadi tempat asal pribumi untuk diakui dan diterima. “Rumah Bersama” tidak hanya dihuni oleh keberagaman, tetapi mampu menyatukan berbagai perbedaan tanpa harus menghilangkan keistimewaan yang dimiliki. Di Tengah suara dan perspektif, Indonesia adalah rumah bersama yang semestinya memberi ruang bagi semua orang. Kita dapat melihat bagaimana identitas kebangsaan dapat membentuk kehangatan, ketika setiap orang merasa dihargai tanpa memandang perbedaan yang mereka miliki.
Identitas bangsa akan terasa jika kita sama-sama saling mengakui dan rasa saling memiliki, bahwa kita adalah bagian dari bangsa Indonesia. Indonesia memiliki berbagai macam perbedaan yakni, budaya, Bahasa, agama, Suku, Adat Istiadat, dan Ras. Maka, patut jika setiap orang membawa latar belakang yang berbeda-beda. Namun, dengan adanya keberagaman yang kita miliki dapat menjadi pondasi kekuatan untuk bangsa Indonesia, karena kita akan bersama-bersama menikmati nilai kebersamaan dalam perbedaan.
Dalam kehidupan, bangsa akan tumbuh jika kita saling menghargai. Identitas kebangsaan bukan hanya sebagai lambang, tetapi bagaimana kita memperlakukan satu sama lain dalam kehidupan sehari-sehari, seperti saling menghormati, saling menghargai, dan saling tolong menolong. Dengan itu, membangun identitas kebangsaan membutuhkan usaha seluruh warga negara. Kita harus mengetahui bahwa perbedaan bukan alasan untuk perpecahan tetapi untuk memahami. Identitas kebangsaan Indonesia tidak dapat di bangun dengan sendirinya, tetapi melalui kebiasaan kecil.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam suku bangsa. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2010, terdapat lebih dari 1.300 suku bangsa di Indonesia. Lalu, berdasarkan data dari Badan Bahasa Kemendikbud RI Tahun 2019, jumlah bahasa daerah di Indonesia adalah sebanyak 718 bahasa. Dari 718 bahasa daerah tersebut, sebanyak 90 persen tersebar di wilayah Indonesia timur. Sebanyak 428 di Papua, 80 di Maluku, 72 di Nusa Tenggara Timur, dan 62 di Sulawesi. Banyaknya bahasa yang dimiliki membuat Indonesia menjadi negara urutan kedua yang memiliki bahasa daerah terbanyak di dunia setelah Papua Nugini. Selanjutnya, Islam menjadi mayoritas dengan 87,08 persen atau 245.973.915 jiwa dan Kristen 7,40 persen atau 20.911.697 jiwa, Katolik 3,07 persen atau 8.667.619 jiwa. Kemudian Hindu 1,68 persen atau 4.744.543 jiwa, Buddha 0,71 persen atau 2.004.352 jiwa, Konghucu 0,03 persen atau 76.636 jiwa, dan penganut kepercayaan 0,03 persen atau 98.822 jiwa.
Setiap daerah memiliki identitas yang unik, keunikan ini membentuk karakter yang beragam. Sejalan dengan itu, Bhineka Tunggal Ika menjadi landasan utama bagi masyarakat untuk memahami bahwa Indonesia adalah rumah bersama. Semboyan ini menegaskan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk persatuan, melainkan karakteristik bangsa itu sendiri. Keberagaman suku, budaya, Bahasa, dan agama yang kita miliki, kita harus jaga dan rawat untuk persatuan nasional.
Nilai Bhineka Tunggal Ika mendorong warga negara untuk hidup saling berdampingan dan harmonis. Bhineka Tunggal Ika bukan hanya sekadar semboyan negara, namun merupakan nilai hidup yang harus direalisasikan. Makna persatuan tercermin dalam keberagaman melalui sikap sehari-hari seperti toleransi, kerja sama, dan menerima perbedaan. Dengan mengamalkan nilai tersebut, masyarakat dapat hidup berdampingan tanpa kehilangan identitas.
Generasi Muda turut andil mendapat peran dalam menjaga identitas bangsa. Ditengah arus globalisasi yang kuat, terdapat tantangan terhadap nilai kebangsaan. Tanpa pemahaman yang kuat, identitas nasional akan terpecah belah. Negara juga memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga persatuan. Negara harus hadir sebagai pelindung identitas bangsa.
Indonesia adalah rumah bersama yang menuntut kesadaran kolektif seluruh masyarakat untuk menghargai keberagaman. Perbedaan merupakan realitas yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan berbangsa. Tetapi, cara menyikapi perbedaan akan menetukan kuat atau rapuhnya persatuan nasional. Inilah dasar utama persatuan Indonesia.
Jadi, Bhinneka Tunggal Ika menegaskan bahwa persatuan tidak menghapus perbedaan. Akan tetapi, memberikan nilai, sikap dan tindakan nyata, bukan hanya dijadikan simbol. Tanpa pengalaman yang konsisten, persatuan hanya menjadi wacana. Oleh karena itu, komitmen bersama sangat dibutuhkan, untuk menjaga Indonesia tetap untuh di tengah keberagaman.
Identitas kebangsaan Indonesia terbentuk melalui proses panjang dan berkelanjutan. Setiap individu memliki peran penting dalam merawat nilai persatuan. Zaman yang terus berubah tidak boleh melemahkan jati diri anak bangsa. Karena, keberagaman harus terus di rawat sebagai kekuatan sosial.
Persatuan bangsa juga bergantung pada peran aktif setiap generasi bangsa. Tanggung jawab menjaga keharmonisan sosial dimulai dari lingkungan terdekat. Sikap toleran, saling menghormati, dan empati perlu diwujudkan dalam kehidupan setiap individu. Tindakan sederhana memiliki dampak besar bagi persatuan nasional.
Pada akhirnya, Indonesia akan tetap menjadi rumah bersama jika seluruh warganya merasa aman dan dihargai. Keberagaman harus dijaga sebagai anugerah, bukan jadi sebuah perpecahan. Dengan menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pedoman hidup, persatuan dapat terus terpelihara. Oleh karena itu, Indonesia akan menjadi rumah bersama melalui kepedulian dan tanggung jawab bersama.
